Hama dan Penyakit Tanaman Kopi

Read Time: 8 minute(s)
Table of Contents
    Table of Contents
      Hama dan Penyakit Tanaman Kopi

      Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan yang banyak dibudidayakan oleh petani, terutama di perkebunan kopi rakyat. Namun, tanaman kopi memerlukan perhatian khusus dalam budidayanya terutama dalam menghadapi serangan hama dan penyakit yang menjadi tantangan utama.

      Serangan hama dan penyakit ini berdampak pada produktivitas, mulai dari penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen hingga kerugian ekonomi yang besar, bahkan berisiko menyebabkan gagal panen. Berikut ini hama dan penyakit yang sering dijumpai pada tanaman kopi.

      Hama Tanaman Kopi

      Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei)
      Serangan PBKo (Penyakit Biji Kopi) terjadi saat buah kopi mulai mengeras, di mana serangga betina akan meletakkan telurnya di dalam biji kopi. Telur tersebut berkembang biak di dalam biji hingga buah kopi dipanen atau jatuh karena terlalu matang.

      Gejala serangan dapat terlihat dari adanya bekas lubang gerekan pada diskus buah kopi. Akibat dari gerekan ini, biji kopi akan berlubang, yang berpotensi menurunkan mutu kopi secara signifikan. Kerusakan yang ditimbulkan dapat mengurangi hasil panen sebesar 10-40%.

      Serangan PBKo tidak hanya berhenti setelah panen, tetapi juga bisa berlanjut hingga penyimpanan, terutama jika kadar air biji kopi masih tinggi, menjadikan serangan ini sebagai masalah hama gudang yang perlu diwaspadai.

      Pengendalian hama Penggerek Buah Kopi dapat dilakukan sebagai berikut:

      1. Pengendalian secara Kultur Teknis

      • Pemetikan Bubuk: Memetik semua buah yang terserang PBKo 15-30 hari sebelum panen utama.
      • Lelesan: Memungut semua buah yang jatuh, baik yang terserang maupun tidak.
      • Racutan/Rampasan: Memetik seluruh buah kopi pada akhir musim panen.
      • Perendaman: Merendam buah hasil petik bubuk, lelesan, dan racutan dalam air panas (60ยฐC) selama 5 menit untuk memutus daur hidup PBKo.
      • Pengaturan Naungan: Menyesuaikan naungan agar tidak terlalu gelap, menciptakan kondisi yang tidak ideal bagi perkembangan PBKo.

      2. Pengendalian secara Biologi
      Menggunakan parasitosid dan jamur patogen serangga, seperti Beauveria bassiana. Dosis yang dianjurkan adalah 2,5 kg biakan padat atau 100 g spora murni per hektar, dengan aplikasi tiga kali dalam musim panen.

      3. Penggunaan Tanaman yang Masak Serentak

      • Arabika: Varietas dan USDA 762
      • Robusta: Kombinasi klon BP 42, BP 288, dan BP 234 (dataran rendah); BP 42, BP 358, dan BP 409 (dataran tinggi).

      4. Penggunaan Perangkap
      Memasang perangkap dengan senyawa penarik (seperti Hypotan) di dalamnya. Trap dipasang dengan kepadatan 24 per hektar minimal selama dua tahun, dan tetap dipasang setelah musim panen berakhir.

      Bubuk Cabang (Xylosandrus morstati)

      Bubuk cabang (Xylosandrus morstati) adalah kumbang kecil dengan ukuran betina sekitar 1-1,5 mm. Hama ini cukup produktif, karena betina mampu bertelur hingga 50-80 butir.

      Di Indonesia, salah satu jenis yang sering ditemukan adalah Bubuk Cabang Hitam (Xylosandrus morstati), yang dianggap lebih berbahaya dibanding jenis lainnya. Hama ini menyerang cabang atau wiwilan muda pada tanaman kopi yang berusia 6-12 bulan dengan membuat lubang gerekan berdiameter sekitar 1 mm.

      Berikut ciri-ciri serangannya:

      • Lubang gerekan bisa ditemukan di sisi samping, atas, atau bawah cabang.
      • Di dalam empulur, hama membuat rongga saluran sepanjang sekitar 3 cm.
      • Cabang yang diserang sering kali patah atau menjadi kering.
      • Rongga saluran gerekan sering ditumbuhi jamur.
      • Serangan hama ini dapat menyebabkan kerugian hingga 20% dari total produksi.

      Untuk mengurangi kerusakan akibat bubuk cabang, berikut langkah pencegahannya:

      • Memperbaiki Kondisi Tanaman Kopi
        Pastikan naungan tidak terlalu gelap selama musim hujan untuk mengoptimalkan sirkulasi cahaya. Lakukan pengolahan tanah yang baik, pemupukan tepat, serta pencegahan terhadap nematoda dan penyakit akar. Tanaman kopi yang sehat memiliki kemampuan untuk memulihkan cabang yang terkena serangan.
      • Mengendalikan Perkembangan Jamur
        Kurangi naungan selama musim penghujan untuk mencegah kelembaban berlebih yang mendukung pertumbuhan jamur.
      • Memusnahkan Sumber Infeksi
        Potong dan kumpulkan cabang-cabang yang sudah terserang dan kering, lalu bakar untuk memutus siklus hidup hama. Hindari penggunaan pohon pelindung yang menjadi inang hama ini, seperti Crotalaria, kelapa sawit, mahoni, dan lainnya.

      Nematoda Parasit (Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis)
      Nematoda parasit seperti Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis merupakan cacing yang merusak akar tanaman kopi, baik pada tahap persemaian maupun tanaman dewasa.

      Meskipun serangan nematoda tidak langsung menyebabkan kematian, dampaknya sangat merugikan karena tanaman menjadi lemah dan merana dalam jangka waktu lama.

      Gejala serangan nematoda parasit kopi yaitu:

      • Pertumbuhan tanaman terhambat sehingga tampak kerdil.
      • Daun menguning, mudah gugur, dan ranting primer sulit berkembang.
      • Produksi bunga dan buah sangat sedikit; buah sering kali prematur dan kosong.
      • Akar serabut membusuk dengan warna coklat atau hitam.

      Strategi Pengendalian
      Untuk mengatasi serangan nematoda parasit, beberapa langkah pengendalian efektif dapat dilakukan:

      1. Pencabutan Tanaman yang Terinfeksi:
        Tanaman yang sakit sebaiknya segera dicabut untuk mencegah penyebaran.
      2. Pemupukan Phospat:
        Gunakan pupuk phospat untuk membantu pemulihan akar yang rusak.
      3. Penggunaan Nematisida:
        Penyemprotan nematisida efektif dilakukan pada tahap persemaian.
      4. Pemilihan Bahan Tanam Tahan:
        Saat membuka lahan baru atau melakukan penyulaman, gunakan bahan tanam tahan seperti batang bawah BP 308.
      5. Aplikasi Pupuk Kandang dan Agen Hayati:
        • Berikan pupuk kandang sebanyak 10 kg per pohon setiap 6 bulan.
        • Tambahkan jamur Paecilomyces lilacinus strain 251 sebanyak 20 g per pohon setiap 6 bulan untuk menekan populasi nematoda.

      Penyakit Tanaman Kopi

      Karat daun (Hemileia vastratrix)
      Karat daun kopi adalah salah satu penyakit paling berbahaya yang menyerang tanaman kopi di seluruh dunia, terutama kopi arabika. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix dan dapat ditemukan pada semua spesies kopi, meskipun dampaknya paling parah pada arabika.

      Gejala utama karat daun kopi meliputi bercak kuning atau belang pada daun bagian atas, serta tepung oranye di bagian bawah daun. Pada tahap awal, bercak berdiameter 2โ€“3 mm, namun seiring perkembangan penyakit, bercak dapat meluas hingga beberapa sentimeter.

      Lesi muda biasanya berupa titik klorotik kecil sebelum spora jamur (urediniospora) dihasilkan. Bercak yang lebih tua akan berubah menjadi nekrotik (jaringan mati), dan pada daun yang lebih tua, lesi dapat menyatu membentuk pola tidak beraturan yang menutupi permukaan daun.

      Strategi Pengendalian

      • Pemilihan varietas tahan: Gunakan jenis kopi yang lebih tahan seperti robusta atau varietas arabika S 795, S 288, dan S 333.
      • Teknik budidaya: Tingkatkan kebugaran tanaman melalui pemupukan berimbang, pemangkasan teratur, dan pemberian naungan yang cukup.
      • Fungisida: Gunakan fungisida seperti Dithane M-45 dengan dosis 2 gram per liter air untuk mengendalikan penyebaran jamur.

      Bercak Daun (Cercospora coffeicola)

      Penyakit bercak daun kopi, atau brown eye spot, disebabkan oleh jamur Cercospora coffeicola. Penyakit ini ditemukan pertama kali di Jamaika dan kini tersebar di seluruh wilayah penanaman kopi dunia.

      C. coffeicola menyerang daun, terutama di pembibitan, dan juga buah, yang dapat menyebabkan kerugian lebih besar dibandingkan serangan pada daun. Penyakit berkembang pesat pada kondisi kelembaban tinggi, seperti di musim hujan, persemaian terlalu gelap, peneduh terlalu rimbun, atau paparan sinar matahari yang kuat.

      Gejala penyakit bercak daun sebagai berikut:

      • Pada Daun: Muncul bercak bulat berwarna cokelat kemerahan atau tua, berbatas jelas, sering berbentuk konsentris dengan pusat putih keabu-abuan. Pada bercak tua tampak tepung hitam berupa konidium jamur. Bercak terlihat jelas dari permukaan atas daun, dengan diameter kurang dari 5 mm, dan membesar dalam cuaca lembap. Serangan parah dapat menyebabkan daun rontok.
      • Pada Buah: Terjadi di sisi buah yang terpapar sinar matahari. Bercak menyebabkan kulit buah mengering dan keras, sehingga sulit dikupas. Gejala ini mirip dengan “terbakar matahari” dan hanya dapat dibedakan melalui mikroskop.

      Strategi Pengendalian

      Langkah pengendalian ini bertujuan untuk meminimalkan penyebaran penyakit dan menjaga produktivitas tanaman kopi.

      • Di Pembibitan:
      • Gunakan fungisida kimia seperti mancozeb (contoh: Dithane, Delsene).
      • Kurangi kelembaban dengan mengurangi penyiraman dan menjarangkan atap penaung untuk meningkatkan cahaya matahari.
      • Lakukan sanitasi dengan memotong daun yang terinfeksi, lalu membakar atau menguburnya dalam tanah.
      • Pada Buah:
      • Atur peneduh agar paparan sinar matahari merata dan tidak berlebihan.

      Jamur Upas (Upasia salmonicolor)

      Jamur upas, atau dikenal sebagai pink disease, disebabkan oleh Upasia salmonicolor (atau Corticium salmonicolor), dan tersebar luas di wilayah tropis dunia. Penyakit ini menjadi ancaman signifikan bagi tanaman kopi, menyerang batang, cabang, ranting, dan buah kopi.

      Ciri khas serangan jamur upas adalah layunya cabang atau ranting secara mendadak. Serangan dapat terjadi di berbagai bagian pohon, mulai dari bawah, tengah, hingga batang utama.

      Gejala awalnya adalah munculnya lapisan tipis hifa putih berbentuk jaring (stadium sarang laba-laba) di permukaan cabang. Jamur kemudian membentuk gumpalan hifa pada lentisel (stadium bongkol semu) sebelum menembus kulit cabang. Di sisi bawah cabang yang teduh, jamur berkembang menjadi kerak berwarna merah muda (stadium corticium) yang terdiri dari lapisan himenium.

      Serangan lanjut menghasilkan bintil-bintil oranye kemerahan pada kayu yang telah mati (stadium necator). Pada buah, infeksi dimulai dari nekrosis di pangkal buah, lalu menyebar hingga mencapai endosperma.

      Serangan jamur upas dipengaruhi oleh kelembaban tinggi, terutama di daerah dengan curah hujan tinggi dan kebun yang kurang terawat akibat pemangkasan yang minim serta pohon penaung yang terlalu rimbun.

      Strategi Pengendalian
      Pengendalian jamur upas dilakukan melalui langkah-langkah berikut:

      1. Pemangkasan Cabang: Potong cabang yang sakit hingga batas sehat, ditambah 30 cm.
      2. Mengurangi Kelembapan: Lakukan pemangkasan tanaman kopi dan pengaturan pohon penaung.
      3. Fungisida: Oleskan fungisida tembaga konsentrasi 10% (seperti Nordox atau Cupravit) atau fungisida tridemorf (Calixin RM) pada ranting yang sakit.
      4. Pelumasan Cabang Besar: Lumasi batang atau cabang besar yang terserang dengan fungisida.
      5. Penanganan Buah Sakit: Petik, kumpulkan, dan musnahkan buah yang terinfeksi dengan cara dibakar atau dipendam.

      Popular Articles

      Tentang Penulis

      Picture of Widy Naftani
      Widy Naftani
      Saya penulis yang fokus pada informasi praktis tentang budidaya, inovasi pertanian, dan keberlanjutan pangan dengan tujuan membangun kesadaran masyarakat tentang dunia pertanian. Ketahui Widy lebih lanjut di Linkedin

      Artikel Terbaru

      Belajar Bertani bersama Kebunindo

      Proses Panen dan Pascapanen Kunci Mempertahankan Kualitas Rasa

      Panen dan pascapanen kopi menjadi tahap penting yang menentukan kualitas....

      Manajemen Kebun Kopi Kunci Keberhasilan Panen Maksimal

      1. Pemupukan  Pemupukan merupakan salah satu langkah penting dalam budidaya....

      Teknik Penanaman Kopi yang Efektif dan Ramah Lingkungan

      Menanam kopi bukan sekadar menempatkan benih di tanah, tetapi melibatkan....

      Loading...